Mengenal Lebih Dekat Kota Poznan, Tuan Rumah Konferensi Perubahan Iklim ke 14
Desember lalu, saat berkunjung ke Kota Poznan, Polandia, setidaknya ada tiga yang akan diingat oleh setiap orang yang mengikuti konferensi perubahan iklim di tempat tersebut. Pertama, siganteng dan sicantik nan lansing. Kedua, kelelahan berjalan kaki yang berkilo-kilo meter. Ketiga, menikmati transportasi umum yang nyaman dan siap mengantarmu kemanapun. Ketiga hal itu bila dicermati bisa menjadi contoh bagaimana penghuni bumi bersikap untuk menghadapi perubahan iklim.
Laporan Andi Noviriyanti, Poznan
andi-noviriyanti@riaupos.co.id
Poznan, termasuk kota tertua di Polandia. Kota ke lima terbesar di Polandia dan pusat industri keempat di Polandia. Kota yang terletak di Sungai Warta ini berpenduduk lebih dari sekitar setengah juta jiwa. Merupakan ibukota dari Greater Poland Voivodeship dan di daulat menjadi tuan rumah pada Konferensi Perubahan Iklim ke 14, Desember lalu.
Meski menjadi tuan rumah pertemuan internasional, penduduk kota ini hanya sekitar belasan persen yang bisa berbahasa Inggris. Itulah sebabnya saat berkomunikasi dengan penduduk kota ini sangat sulit. Kebanyakan menggunakan bahasa isyarat. Menurut Justyna, salah satu mahasiswa sukarelawan untuk memandu para tamu konferensi perubahan iklim tersebut, bahasa Inggris bukanlah bahasa wajib mereka. Oleh karena itulah dia memberi tips kalau ingin bertanya apa-apa sebaiknya cari mereka yang masih muda-muda. Pasalnya hanya generasi muda saja yang lebih banyak memiliki pengetahuan tentang bahasa Inggris.
Kesulitan berkomunikasi itu akan terobati bila melihat orang-orang Polandia yang berada disekeliling para pengunjung. Pasalnya orang-orang Polandia bertubuh langsing, berisi, tegap, kaki jenjang, hidung mancung, rambut agak pirang, majah cirus, berkulit bersih. Mereka layaknya model yang memenuhi seluruh Kota Poznan. Ingat Tamara Blezinsky kan?, nah seperti itulah kecantikan orang-orang Polandia. Artis cantik itukan juga punya asal usul Polandia.
Terkait dengan tubuh langsing dan berisi yang dimiliki oleh orang-orang di kota itu, menjadi hal menarik bagi Toshiro Kojima, Special Advisor Institute for Global Environmental Strategies (IGES) dari Jepang yang ikut menjadi peserta konferensi sempat bertanya pada Justyna saat makan malam di sebuah restoran tertua di Poznan. "Mengapa tidak ada wanita gemuk disini? Saya sudah berhari-hari mengamatinya. Kalau di Amerika gampang sekali menemukan orang bertubuh gemuk?" ungkap Toshiro tertawa sambil menirukan gaya orang gemuk.
Di todong pertanyaan itu, Justyna tertawa.
”Apakah karena orang Polandia minum Anggur?” tambah Toshiro,
Justyna menanggapinya dengan tertawa kembali. Pasalnya perempuan yang fasih berbahasa Jepang, Inggris, dan Jerman, Francis ini tidak meminum anggur. Dalam beberapa kali jamuan, Justyna selalu memilih minum teh.
Mungkin faktor utama tubuh langsing orang Polandia adalah kebiasaan mereka berjalan kaki. Selama di Kota Poznan, jalan kaki berklo-kilo meter menjadi menu utama. Jika tidak jalan kaki, maka pilihan berikutnya adalah naik transportasi umum berupa bus dan tram. Tram sejenis kereta api listrik. Itulah sebabnya sepanjang jalan di kota ini, tidak sekalipun ditemukan kemacetan. Jalan-jalan mereka yang lebar dan mulus, justru kelihatan sangat lengang. Mobil lebih banyak terlihat yang terparkir dari pada berseliweran di jalan. Selain itu edisi mobil mereka juga bukanlah mobil-mobil keluaran terbaru.
Menikmati transportasi umum di Kota Poznan menjadi ihwal yang bisa dinikmati oleh semua peserta konferensi. Transfortasi umum yang dikelolah oleh Poznan Municipal Transport Company, LTd itu memberikan fasilitas gratis kepada peserta konferensi. Asal di leher mereka tergantung identitas peserta konferensi yang dikeluarkan oleh panitia Konferensi Perubahan Iklim yang telah terigestrasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Transfortasi umum yang mereka miliki, ihwalnya hampir sama dengan tranportasi umum lainnya. Ada yang berdiri dan ada juga yang duduk. Hanya saja tempat mereka berdiri dan duduk cukup lapang dan jauh dari kata-kata berdesakan. Mungkin karena jumlah transfortasi umum di tempat itu cukup banyak.
Informasi tentang jalan-jalan atau trayek yang dilalui oleh transportasi umum itu juga sangat jelas. Selain di pajang di halte-halte juga ada dalam brosur transportasi umum tersebut. Lengkap dengan jadwal waktu dan tempat perberhentian.
Khusus bagi mereka yang non peserta konferensi atau penduduk di tempat itu, naik transportasi umum itu menggunakan kartu isi ulang. Kartu isi ulang itu sama halnya seperti kartu ATM hanya ukurannya lebih kecil. Setiap masuk ke dalam bus atau trum maka penumpang akan memasukkan kartu itu ke dalam mesin yang terletak di dekat pintu masuk. Kartu itu akan menghitung secara otomatis berapa jumlah yang harus dibayar naik transportasi umum itu dengan mengurangi nilai kartu.
Gaya hidup orang di Kota Poznan ini bisa dijadikan contoh bagaimana upaya memerangi perubahan iklim. Pasalnya dengan berjalan kaki dan naik transportasi umum membuat mereka mengurangi emisi karbon, si penyebab perubahan iklim. Tercatat sektor transportasi menjadi penyumbang emisi karbon paling banyak yang dihasilkan di kota-kota besar. Bahkan United Nations Centre for Regional Development (UNCRD) mencatat emisi yang dihasilkannya dari sektor transportasi ini menyumbang sekitar 25 persen dari keseluruhan emisi CO2 penyebab pemanasan global.
United Nations Centre for Regional Development (UNCRD) juga mencatat sejumlah dampak buruk dari penggunaan banyak transportasi yang tidak berkelanjutan atau banyaknya penggunaan kendaraan pribadi. Mulai dari penurunan kualitas udara yang menyebabkan penurunan kesehatan manusia. Menyebebabkan keributan dan getaran yang berdampak buruk pada produktivitas pendengaran. Membuat banyak banyak area terbuka. Menghasilkan problem sampah dari bekas-bekas kendaraan yang ada. Terjadinya kemacetan yang akan menurunkan produktivitas. Tidak aman bagi ketahanan sumber energi karena sangat bergantung pada bahan bakar untuk kendaraan. Mengurangi keindahan kota karena banyaknya mobil, jalan, dan areal parkir. Sekaligus akan menghilangkan ruangan untuk tempat tinggal karena lebih banyak dikonsumsi untuk jalan dan tempat parkir.
Namun yang terpenting dari semua itu, kebiasaan jalan kaki telah membuat masyarakat Kota Poznan langsing, berisi dan tegap. Hal itu bukan sekedar isapan jempol, setidaknya dibuktikan dari sejumlah penelitian yang mengungkapkan jalan kaki bisa bikin langsing, terhindar dari penyakit jantung, paru-paru, esteoporosis, kanker payudara, mengontrol selera makan dan lain sebagainya.
Jadi tidak salah bila kita bisa meniru gaya hidup masyarkaat Kota Poznankan?***
0 komentar:
Posting Komentar