Dari Lomba Kreativitas Pemanfaatan Limbah
Pernah terbayang tidak, kalau minyak goreng bekas atau minyak jelantan bisa diubah menjadi sabun cair? Atau limbah dari pabrik minyak goreng bisa dijadikan biodisel? Ternyata semua itu bisa loh dilakukan. Bukan oleh para ahli tetapi dari siswa dan mahasiswa pemenang Lomba Kreativitas Pemanfaatan Limbah yang dilaksanakan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup (Bapedal) Riau. Seperti apa sih kreasi mereka itu?
Laporan Andi Noviriyanti, Pekanbaru
andi-noviriyanti@riaupos.co.id
Mulanya yang terpikir oleh Ina Mulyani, Kasubid Pembinaan Lingkungan Bapedal Riau lomba kreativitas pemanfaatan limbah yang dilakukan oleh instansi tempatnya bekerja hanya akan menghasilkan produk-produk kerajinan tangan dari limbah. Tapi alangkah kagetnya dia saat tahu, hasil karya yang masuk bukan sekedar kerajinan tangan seperti itu. Tapi sebuah kreativitas dari siswa dan mahasiswa serta seorang guru yang jauh lebih bermanfaat.
Misalnya menghasilkan sabun cair dari minyak goreng bekas yang biasa tidak dimanfaatkan lagi namun dibuang dan mencemari lingkungan. Terus limbah pabrik minyak goreng yang bisa dijadikan biodisel. Termasuk juga menghasilkan pupuk cair dan padat dari limbah organik dan limbah padat rumah tangga. Bahkan ada pula peserta lomba yang hasil kreativitasnya itu imbang-imbang mahasiswa S3.
”Waktu saya melihat ada peserta lomba yang memanfaatkan limbah tandan kosong sawit untuk menghasilkan zat adatif untuk meningkatkan dan memperkuat beton saya cukup kaget. Pasalnya, saya punya teman sesama kuliah S3 saat ini yang penelitiannya mirip-mirip dengan hal itu. Hanya zatnya saja yang berbeda. Jadi hasil karya mereka tidak kalah dengan mahasiswa S3,” ungkap Firdaus MT, Kepala Bapedal Riau yang turut menilai dan melihat hasil kreativitas para peserta lomba.
Menurut Firdaus, bila penelitian milik Fitria Husna dan Amun Amri itu dikembangkan bisa jadi akan menghasilkan beton yang ringan dan berbentuk lempengan. Artinya sangat baik untuk struktur bangunan. Beton nantinya juga tidak perlu dibangun di tempat pelaksanaan pembangunan tetapi juga bisa dibuat di pabrik dalam bentuk lempengan. Lempengan beton itulah yang kemudian dijual untuk struktur bangunan, sama sepertinya batu bata.
”Waktu saya bertemu dengan mahasiswa itu saya katakan penelitiannya itu bisa terus dikembangkan. Jadi mereka bisa manfaatkan untuk penelitian S1 kemudian dikembangkan untuk penelitian S2 bahkan untuk disertasi S3. Bahkan kalau formulanya terus dipertajam dan menghasilkan beton ringan bermutu tinggi maka bisa dimanfaatkan untuk bisnis,” cerita mantan Kepala Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah ini kepada Riau Pos.
Tidak hanya dibuat kagum oleh hasil kreativitas itu, menurut Firdaus peserta lomba yang lain juga menghasilkan karya-karya yang menarik. Misalnya pemanfaatan minyak goreng bekas yang dilakukan oleh Noni Ulfah. Pemanfaatan limbah minyak goreng itu menurutnya sangat aplikatif. Bahkan di kalangan terbatas sabun cair dari minyak goreng bekas itu kini sudah diperjualbelikan secara terbatas.
Pembuatan sabun cair dari minyak goreng bekas itu, menurut Noni Ulfah, siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Pekanbaru yang membuatnya, berdasarkan laporannya diawali dari keprihatinannya terhadap banyaknya minyak goreng bekas yang dihasilkan. Tidak saja oleh restoran-restoran cepat saji, industri rumah tangga tetapi juga dari rumah tangga sendiri.
Minyak goreng bekas itu bila terus dikonsumsi atau digunakan untuk menggoreng makanan juga sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Namun kalau membuangnya ke lingkungan juga mencemari lingkungan. Untuk itu tidak ada jalan lain, minyak goreng bekas itu harus dimanfaatkan. Caranya dengan menjadikannya bahan baku dari produk berbasis minyak seperti sabun, dan shampo.
Mengingat sabun cair lebih banyak penggunanya dan harganya lebih mahal dari sabun padat, maka yang diproduksi dari minyak bekas itu oleh Noni adalah sabun cair Sabun cair itu dihasilkan dari proses pembuatan arang aktif untuk mengembalikan warna minyak goreng ke bentuk semula. Selanjutnya barulah diproses seperti pembuatan sabun cair.
Dari berbagai hasil kreativitas itu Firdaus merasa perlombaan yang ditaja oleh instansi yang dipimpinannya itu sangat bermanfaat. Itulah sebabnya Firdaus menyatakan akan memprogramkan kegiatan itu sebagai kegiatan tahunan tiap kali memperingati Hari Bumi.
”Awalnya kegiatan ini hanya ingin menanamkan rasa cinta lingkungan kepada para siswa dan mahasiswa. Agar mereka lebih peduli terhadap lingkungan. Seiring pula untuk menggali kreativitas para siswa dan mahasiswa untuk memanfaatkan apa yang ada disekitar mereka, terutama limbah. Namun diluar dugaan kreativitas peserta lomba melebihi dari apa kami harapkan,” tutur Firdaus.
Untuk itu dari perlombaan tersebut Firdaus mengharapkan akan ada motivasi dari guru dan dosen di sekolah dan kampus yang bisa mendorong para siswa dan siswa mereka untuk berkreasi memanfaatkan limbah. Agar limbah-limbah yang selama ini terbuang dan menjadi beban lingkungan dapat bernilai ekonomi. Sehingga tidak saja pro lingkungan, tetapi juga pro job (memberi peluang kerja) dan pro poor (meningkatkan kesejahteraan). ***
0 komentar:
Posting Komentar