Jurnalistik Berkelanjutan

Jurnalistik Berkelanjutan
Objektifitas Berita Lingkungan: Jurnalistik Berkelanjutan adalah buku pertamaku. Buku ini mengupas tentang pengalamanku tentang dampak pemberitaan lingkungan yang tidak akurat. Berita yang demikian tidak saja mampu mengguncang kehidupan pribadi seseorang tetapi juga tidak membantu lingkungan. Jika Anda ingin membacanya, Anda bisa menemukan sejumlah cuplikannya di blog ini

Minggu, 01 Februari 2009

Hentikan Makan Racun Pestisida

Ganti dengan Bio Kontrol Alami


Makan sayur selalu dianjurkan. Pasalnya dari tumbuhan berwarna hijau inilah terdapat berbagai macam vitamin dan serat yang sangat baik untuk kesehatan. Terlebih lagi ada zat anti oksidannya yang mampu mencegah penyebab penyakit kanker. Namun apa jadinya kalau sayur yang dikonsumsi tersebut malah menyebabkan penyakit baru di dalam tubuh manusia.
”Pestisida merupakan zat kimia yang didalam tubuh manusia tidak ada metabolismenya. Begitu juga makhluk hidup lainnya. Ia hanya terakumulasi dan terus menerus mengendap. Misalnya jika masuk kedalam air, terus masuk ke dalam tubuh ikan, maka akan tetap berada di dalam tubuh ikan, sampai ikan itu dimakan manusia. Maka akan terakumulasi terus menerus,” ungkap Andi Dahliaty, dosen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Riau.


Untuk menghentikan manusia memakan racun pestisida tersebut, Jurusan Kimia FMIPA Unri melalui projek Indonesia Managing Hingher Education for Relevance and Efficiency (IMHIRE) mengembangkan penggunaan biokontrol alami yang diberi nama ekstrak tanaman terfermentasi (ETT). ETT adalah racikan tanaman obat-obatan yang diketahui memiliki fungsi obat-obatan dan tidak disukai serangka atau ulat pemakan tanaman. Racikan itu dicampurkan dengan EM4 aktif. Lalu campuran itu setelah terfermentasi akhirnya dimanfaatkan sebagai pengganti pestisida.
Selain itu, projek ini juga mengajarkan pembuatan biokontrol alami bernama Trichoderma Asperellum. Makluk hidup sejenis fungi ini berasal dari isolasi dari tanaman yang kebal terhadap penyakit. ”Fungi ini diisolasi ketika ditemukan ada tanaman jeruk yang mampu tumbuh sehat. Padahal tanaman jeruk disekitarnya mati. Berarti ada sesuatu disekitar tanah di tanaman jeruk tersebut. Setelah diisolasi, akhirnya didapatkanlah fungi Tricoderma Asperellum,” ungkap perempuan, kelahiran 12 Desember ini kepada Riau Pos.
Cara kerja fungi itu dalam membunuh fungi patogen, tambahnya, dimulai dari kemampuan fungi tersebut menghasilkan enzim kitinase. Interaksi diawali dengan pelilitan hifanya terhadap fungi patogen yang akan membentuk struktur seperti kait. Kait itu atau yang disebut haustorium akan menusuk fungi patogen. Bersamaan dengan penusukan hifa, fungi itu akan mengeluarkan enzim yang mampu mendegradasi dinding sel fungi patogen.
Masih dalam projek yang sama, Ketua Pengelolah Community Development (CD) ini, juga menyatakan mengajarkan pembuatan pupuk bokashi. ”Dengan penggunaan bokashi ini, kita ingin mengkampanyekan penggunaan pupuk organik. Pasalnya penggunaan pupuk kimia sangat mencemari lingkungan selain itu membuat tanah menjadi sakit,” ungkapnya.
Dia memberi contoh penggunaan pupuk yang mengandung phosfat, misalnya pupuk NPK. Bila pupuk itu diberikan terus menerus maka akan embuat tanah menjadi tandus. Bahkan dari pengetahuannya residu Posphat di dalam tanah bisa seperti lapisan semen. Jika ditanami tanaman pepaya, maka pepaya hanya mampu bertahan hingga 2,5 tahun. Padahal normalnya pada tanah sehat bisa empat hingga delapan tahun.
Pupuk itu tidak saja membuat tanah sakit menjadi sehat, tetapi juga membuat Indonesia tidak ketergantungan pupuk kimia. ”Jadi petani tidak perlu beri pupuk mahal terus menerus. Penggunaan bokashi ini akan membuat tanah sehat dengan sendirinya. Asalkan saja sampah-sampah organik disekitar situ dikembalikan ke tanah sebagai makanan bagi zat renik yang telah berkembang di dalam tanah,” papar magister dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Program IMHIRE tidak saja memberikan pelatihan ini kepada Kelompok Tani Mustang Jaya. Tetapi juga kepada guru dan siswa sekolah serta perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Agar penggunaan biokontrol alami dapat mengurangi penggunaan pestisida dan manusia dapat hidup lebih sehat. (a)

Diterbitkan 13 Januari 2008 di Harian Riau Pos

0 komentar: