Jurnalistik Berkelanjutan

Jurnalistik Berkelanjutan
Objektifitas Berita Lingkungan: Jurnalistik Berkelanjutan adalah buku pertamaku. Buku ini mengupas tentang pengalamanku tentang dampak pemberitaan lingkungan yang tidak akurat. Berita yang demikian tidak saja mampu mengguncang kehidupan pribadi seseorang tetapi juga tidak membantu lingkungan. Jika Anda ingin membacanya, Anda bisa menemukan sejumlah cuplikannya di blog ini

Selasa, 03 Februari 2009

Menghiasi Riau dengan Tanaman Hias

Riau tidak hanya memiliki potensi sumber daya alam seperti minyak, gas bumi dan perkebunan sawit. Tetapi juga potensi pengembangan jenis tanaman hias dataran rendah. Pengembangan potensi tanaman hias itu akan menjadi salah satu upaya mendinginkan bumi, menghiasi Riau, dan meningkatkan perekonomian masyarakat.

Laporan Andi Noviriyanti, Pangkalan Kerinci
andi-noviriyanti@riaupos.co.id

Riau tidak hanya memiliki potensi sumber daya alam seperti minyak, gas bumi dan perkebunan sawit. Tetapi juga potensi pengembangan jenis tanaman hias dataran rendah. Pengembangan potensi tanaman hias itu akan menjadi salah satu upaya mendinginkan bumi, menghiasi Riau, dan meningkatkan perekonomian masyarakat.

Laporan Andi Noviriyanti, Pangkalan Kerinci andi-noviriyanti@riaupos.co.id
“Riau akan memproduksi tanaman hias?” begitu sontak Riau Pos bertanya saat seorang teman Dimas Harya Madukusumah lewat telepon selulernya dari Jakarta menginformasikan program Corporate Social Resposibility (CRS) perusahaannya PT Transportasi Gas Indonesia (Transgasindo).

“Iya, ini sesuai dengan komitmen perusahaan untuk ikut menghijaukan bumi. Kan nggak mungkin kami ikut memberdayakan masyarakat dengan nambah tanaman sawit di Riau. Bisa tambah parah nanti Riau. Yang paling mungkin adalah tanaman hias,” ujar Dimas, pekan lalu, lewat telepon selulernya.

“Wah itu isu langitan. Siapa yang punya ide itu. Apa itu bukan sekedar ide proyek saja. Mana mungkin. Riau ini panas. Nggak mungkinlah tanaman hias,” ungkap Riau Pos tidak yakin.

Ketidakyakinan Riau Pos, juga turut membuat gamang Dimas yang memang belum pernah ke Riau. Namun gara-gara itu pula, sebelum program itu diluncurkan di Riau, Dimas memperkuat
referensi dan alasan mengapa perusahaannya ngotot agar program itulah yang paling tepat dikembangkan. Pasalnya tidak mungkin, perusahaannya yang bergerak di bidang pemipaan itu hanya memberi santunan terus. Itu sama sekali tidak mendidik dan tidak membuat masyarakat mandiri. Malah akan memupuk mental peminta-minta.

Perdebatan dan ketidakpercayaan Riau Pos terhadap pengembangan potensi tanaman hias tetap saja menyeruak. Bahkan hingga akhirnya, awal pekan ini, dia bersama tim dari perusahaannya
dan juga Direktorat Budidaya Tanaman Hias-Jakarta serta Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi)-Cianjur datang ke Pekanbaru.

Namun ketidakpercayaan Riau Pos mulai berubah tak kala para ahli tanaman hias dalam rombongan itu yaitu Ir Lily Gandawati MSi dan Dr Ir Muchdar Soedardjo Msc mulai bicara. Lily dari Direktorat Budaya Tanaman Hias Jakarta mengungkapkan tanaman hias yang akan dikembangkan di Riau memang bukan bunga potong yang memang banyak diproduksi di daerah dataran tinggi.

“Kita memang tidak akan menanam bunga potong seperti melati, sedap malam dan bunga dataran tinggi lainnya. Tanaman seperti itu memang lebih baik tumbuh di daerah dataran tinggi seperti di Berastagi, Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Bandungan, Malang dan Pasuruan. Namun mesti diingat bahwa bunga potong adalah bagian dari tanaman hias. Ada kelompok besar tanaman hias lain yang bisa dikembangkan di Riau.Yakni tanaman hias daun-daun-daunan dan tanaman pot,” ungkap Lily.

Tanaman hias daun-daunan dan tanaman pot ini, memang daya tariknya tidak terletak pada bunga seperti pada bunga potong. Namun, menurut Kepala Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) di
Cianjur, Muchdar Soedardjo, lebih kepada keindahan batang dan daunnya. Tanaman hias jenis ini di Indonesia dikembangkan di Depok dan Parung yang juga panas seperti di Riau. Jenisnya terdiri dari Puring, Agrlaonema, Sansiviera, Drasena Cordyln, Palem, Dipenbachia, Anthurium dan tumbuh-tumbuhan hutan tropis lainnya.

Tanaman hias jenis dataran rendah itu juga memiliki keunikan yang luar biasa. Bahkan untuk jenis Sansiviera selain unik bentuk dan ukurannya ternyata juga mampu menyerap racun polusi lingkungan. “Jadi pengembangan potensi tanaman hias yang ada di Riau bukanlah hal yang mustahil,” jelasnya.

Hasil penelusuran Riau Pos dan tim PT Transgasindo di Kota Pekanbaru mendapatkan informasi bahwa tanaman hias yang berada di Riau selama ini banyak di pasok dari Medan. Baik untuk kebutuhan bibit maupun anakan. Di Riau, tidak ada satu pihak pun baik pemerintah dan pengusaha yang mengembangkan hal itu. Bahkan Edwar Yunus dari Dinas Pertanian Kota menyebutkan tanaman hias untuk penataan kota dan taman kota di Pekanbaru juga dipasok dari Medan.

Untuk itulah Transgasindo ingin pengembangan potensi tanaman hias di Riau untuk program CSR mereka. “Kita berharap ini nantinya menjadi altenatif baru bagi pendapatan ekonomis keluarga”
ungkap Muhamad Zulfikri, Manajer CSR Transgasindo, tentang pengembangan program tersebut.

Zulkifli juga memaparkan sejumlah keunggulan dari pengembangan tanaman hias sebagai program CSR. Menurutnya, masa jual tanaman hias tidak memakan waktu. Cukup merawatan selama empat bulan dan langsung bisa dijual. Dibandingkan dengan tanaman sawit dan karet yang membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Selanjutnya pada tahun 2012 mendatang Riau akan menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON). Berkaca dari pengalaman tuan rumah PON di Kalimantan Timur 2008 kemarin, terlihat
begitu besarnya kebutuhan akan tanaman hias. Baik untuk keperluan penanataan kota, hotel-hotel tempat menginap para atlit dan juga pendukung serta pengembira acara. Termasuk juga sekitar arena pertandingan hingga cendramata bagi atlet peraih medali.

Untuk memenuhi kebutuhan itu, untung saja Kalimantan Timur, telah mempersiapkannya dengan bunga hias produksi lokal. Meskipun khusus untuk bunga potong masih minta pasokan dari luar. Belajar dari situ, tambah Zulkifli, maka Riau yang memiliki potensi daerah dan iklim seperti Kalimantan Timur hendaknya tidak kalah. Jangan sampai untuk tanaman hias kebutuhan PON lagi-lagi memasoknya dari Medan.

Lily dan Muchdar menambahkan bahwa perawatan tanaman hias juga tidak sulit. Perawatannya hampir sama dengan merawat bayi. Misalnya untuk merawat Anthurium, pemeliharaannya cukup
dengan melakukan penyiraman 1-2 kali sehari, membuang rumput disekitar tanaman, dan memotong bagian tanaman yang terserang hama.

Selama ini, tambah Lily dan Muchdar, yang menjadi kendala pengembangan tanaman hias saat ini semata-mata hanya kurangnya informasi bagaimana cara perbanyakan tanaman. Akibatnya
membudayakan tanaman hias menguras isi kantong. Padahal itu bisa disiasati dengan melakukan penyerbukan silang sendiri. Selain itu untuk jenis tanaman anthurium bisa dikembangkan
secara vegetatif dengan menggunakan umbi tanaman, cangkok, okulasi, dan stek.

Provinsi Riau juga tidak memiliki kendala dalam hal curah hujan. Mengingat bulan basahnya berkisar 5-7 bulan dan curah hujan 400-650 mm/bulan. Tanaman hias yang bisa dikembangkan selain tanaman hias dataran rendah juga bisa dikembangkan sejumlah jenis angrek.

Potensi yang mengembirakan lainnya, menurut Lily dan Muchdar, Riau pada tahun 2009 akan menjadi pintu gerbang ekspor tanaman hias. Berbagai tanaman hias dari berbagai propinsi tetangga akan transit di Riau sebelum dilempar keluar negeri. Mengingat letak strategis Provinsi Riau yang dekat dengan segitiga emas perekonomian. “Jadi sayang sekali, kalau Riau tidak mengambil kesempatan itu,” ungkap Lily.

Ketika awal pekan lalu, program itu diluncurkan di Kelurahan Kerinci Kota, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, terlihat animo masyarakat cukup besar. Camat Pangkalan Kerinci Drs H Zamur dan Lurah Kerinci Kota Mutiara juga menyambut kegiatan itu sebagai upaya untuk mensejahterahkan rakyat.

Dampak selanjutnya dari program itu, ketika permintaan terhadap bunga hias meningkat, maka secara tidak langsung akan terjadi peningkatan kebutuhan pupuk dan media tanam. Peningkatan itu akan membuka peluang usaha baru dan Riau bisa memanfaatkan pembuatan pupuk kompos dari kotoran ternak dan limbah daun sawit yang banyak di Riau.

Semoga upaya ini tidak saja sekedar meningkatkan perekonomian masyarat, tetapi juga menghias dan menghijaukan Riau lewat tanaman hias.***

Diterbitkan di Harian Pagi Riau Pos, Minggu, 27 Juli 2008

0 komentar: