Laporan Andi Noviriyanti, Riau Pos
andi-noviriyanti@riaupos.co.id
Suatu hari, seorang teman bernama Dedy Sofhian yang tergabung dalam Jurnalis Peduli Ozon (JPO) mengusulkan idenya untuk membuat seminar tentang kerusakan lapisan ozon. Dedy yang berasal dari Sumatera Utara ini pun menuliskan idenya lewat email kepada Jurnalis Peduli Ozon. “Kawan-kawan sekalian, saya ada rencana buat seminar soal kondisi ozon di Sumatera Utara, kalian bantu ya? Saya disini dibantu dengan teman reporter Medan. Mereka tertarik dengan kegiatan dan mau gabung di Jurnalis Peduli Ozon. Gimana kalian setuju?” tulisnya di e-mail itu.
Saat menerima email itu, saya mengulum senyum. “Tentulah saya bantu teman. Hanya mungkin tidak bisa dikatakan seminar tentang kondisi ozon di Sumatera Utara. Pasalnya tidak mungkin menghitung batas antara ozon di Sumatera Utara dengan Malaysia ataupun dengan Amerika Serikat sekalipun,” ungkap saya dalam balasan e-mail itu.
Lapisan ozon yang ada di langit, tepatnya di lapisan stratosfer ketinggian 18-45 Km dari permukaan bumi memang tidak bisa dibagi-bagi milik wilayah manapun. Mengingat langit milik masyarakat bumi mulai dari dunia belahan selatan hingga dunia belahan utara sama. Justru bumi yang berputar terus pada poros. Itulah sebabnya tak ada batas wilayah kondisi lapisan ozon satu daerah dengan daerah lainnya. Lapisan ozon yang ada di langit sana menjadi tanggungjawab seluruh masyarakat dunia untuk menjaganya. Bahkan masyarakat dunia telah mendeklarasikan penyelamatan ozon sejak 21 tahun yang lalu. Dikenal dengan nama Protokol Montreal yang yang ditandatangani 188 negara.
Ozon sendiri adalah molekul tipis sederhana yang terdiri dari tiga atom oksigen. Molekul tipis itu membentuk lapisan yang juga tipis bernama lapisan ozon. Meskipun tipis namun ia berfungsi sebagai penyaring atau peneduh raksasa yang melindungi tanaman, hewan, termasuk manusia dari sinar matahari berbahaya bernama radiasi ultraviolet B (UV-B) yang mematikan.
Radiasi UV-B itu dapat merubah sistem kekebalan, termasuk menghilangkan fungsi vaksinasi. Penyakit yang bisa timbul akibat berkurangnya kekebalan tubuh antara lain kulit, campak, chicken pox, herpes, malaria, leishamaniasis, TBC, kusta dan infeksi jamur seperti candidiasis. Selain itu sinar UV-B juga penyebab berkembangnya penyakit kanker kulit dan katarak penyebab kebutaan.
Penelitian dari US Environmental Protection Agency pada tahun 1985 memperkirakan bila terjadi penipisan lapisan ozon sebesar satu persen saja, maka akan terdapat tambahan sekitar 100 ribu sampai 150 ribu kasus katarak. Jumlah itu akan meningkat terus bila penipisan lapisan ozon terus berlangsung. World Health Organization (WHO) mencatat katarak adalah penyebab 17 juta kasus kebutaan di seluruh dunia.
Untuk mencegah berbagai penyakit itu menimpa makhluk bumi maka manusia dimanapun berada harus mengurangi penggunaan bahan perusak ozon (BPO). BPO tersebut, di antaranya Kloro Fluoro Karbon (CFC), Karbon Tetraklorida, Metil Khloroform dan Metil Bromida.
Upaya untuk mengurangi penggunaan BPO itu bisa ditempuh dengan berbagai cara. Pertama, tidak merokok. Mengingat pada rokok yang kadar tarnya rendah digunakan CFC sebagai mengembangnya. Kedua, pilihlah produk-produk aeorosol, seperti pengharum ruangan, penyemprot nyamuk, minyak wangi (spray) yang ramah ozon atau yang berlogo non CFC pada. Ketiga, pilihlah alat pendingin seperti AC dan kulkas yang berlogo non CFC. Terus gantilah CFC (freon) yang terdapat pada alat pendingin itu dengan bahan pengganti CFC yang ramah ozon. Selanjutnya daur ulanglah freon alat pendingin ke bengkel yang memiliki sistem daur ulang.
Keempat, kurangi gonta-ganti pemakaian kasur busa, jok mobil, sol sepatu, sendal dan termos. Mengingat sebagian besar dari peralatan itu menggunakan pengembang dari BPO. Kelima, ganti gas pemadaman kebakaran dari halon dengan gas pemadaman kebakaran yang mengandung CO2 dan busa non CFC. Keenam, efisienlah dalam penggunaan pelarut perusak ozon, yang digunakan untuk membersihkan sirkuit elektronik, penghilang lemak logam selama proses fabrikasi dan dry cleaning pada industri tekstil. Ketujuh, hindari penggunakaan pengendali hama dari Methyl Bromida.***
0 komentar:
Posting Komentar