Jurnalistik Berkelanjutan

Jurnalistik Berkelanjutan
Objektifitas Berita Lingkungan: Jurnalistik Berkelanjutan adalah buku pertamaku. Buku ini mengupas tentang pengalamanku tentang dampak pemberitaan lingkungan yang tidak akurat. Berita yang demikian tidak saja mampu mengguncang kehidupan pribadi seseorang tetapi juga tidak membantu lingkungan. Jika Anda ingin membacanya, Anda bisa menemukan sejumlah cuplikannya di blog ini

Minggu, 03 Januari 2010

Hijaunya COP 15, Inspirasi Denmark


Hilangkan Tas Souvenir, Ganti Beasiswa

Denmark memastikan diri menjadi negeri inspirasi hijau bagi semua negara di dunia. Hal itu sangat terlihat jelas, saat negara yang terletak di Eropa Utara ini menjadi tuan rumah konvensi perubahan iklim sedunia (UNFCCC) COP 15. Mereka memperkenalkan seribu satu cara mengurangi emisi, sebagai bentuk komitmen mereka melawan perubahan iklim.


Laporan Andi Noviriyanti, Kopenhagen
andinoviriyanti@riaupos.com



Setahun sebelum COP 15, 7-18 Desember dilaksanakan, Denmark sudah mengumumkan diri di Poznan, Polandia, tuan rumah COP 14, bahwa mereka tidak akan menyediakan tas souvenir dan segenap isinya untuk peserta konvensi. Sesuatu hal yang baru dalam dunia konvensi, karena lazimnya setiap COP ataupun pertemuan internasional lainnya, selalu ada souvenir dari tuan rumah.

Misalnya tahun lalu, saat Polandia menjadi tuan rumah COP 14, mereka menyediakan tas souvenir berisi sal, sarung tangan, flash disk, madu, dan berbagai souvenir lainnya bagi para peserta konvensi. Namun, di Denmark, semua itu tidak ada. Alasan mereka, sekitar 80-90 persen dari semua tas dan berbagai souvenir yang diberikan saat konvensi tersebut tidak digunakan. Tas dan souvenir itu menjadi sampah yang akhirnya menjadi penyumbang emisi.

‘’Anda mungkin kecewa, tidak menemukan satupun souvenir dari kami. Kami memutuskan untuk menghilangkan anggaran souvenir dan menggantinya dengan memberikan beasiswa penuh untuk sebelas orang di seluruh dunia untuk mengambil program master di Denmark. Agar nantinya para master ini akan berkontribusi bagi masa depan, khususnya dalam menghadapi perubahan iklim,’’ ungkap Perdana Menteri Denmark H E Lars Lokke Rasmussen memperkenakan kebijakan baru mereka sebagai tuan rumah konvensi.

Lars Lokke menjelaskan, negaranya ingin menjadi inspirasi dunia dalam mengurangi emisi karbon. Itulah sebabnya, dari pada menambah emisi baru, mereka mengalihkan dana souvenir sebesar 4 juta kroner atau setara dengan 800.000 Dolar Amerika menjadi beasiswa.

Foto sebelas penerima beasiswa itu pun dipajang dalam bentuk post card di gedung konvensi, sebagai bukti mereka bersunggu-sunggu mengalihkan dana tersebut untuk kepentingan beasiswa. Sebelas orang yang beruntung mendapatkan beasiswa itu adalah Rafael Tabase (Ghana), Most Sarmin (Banglades), Renate Sales (Brazil), Juan Murcia (Columbia), Denisa Copi (Albania/USA), Malja Bertule (Latvia), Ankit Joshi (India), Ndifor Bache (Cameroun), Hong Ren (China), Koman Habib (Pakistan), dan Joseph Adine (Nigeria).

Tak cukup hanya itu, Denmark juga menjamu peserta konvensi dengan kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Mulai dari peminjaman sepeda, uji coba mengemudi mobil listrik, hingga fasilitas gratis naik kendaraan umum mereka. ‘’Dengan kendaraan umum, bisa mengurangi 85 persen emisi karbon,’’ ungkap Soeren Kjaer dari Green Team Denmark.

Selain menurunkan emisi karbon lewat transportasi, mereka juga memperkenalkan penurunan emisi karbon lewat makanan dan minuman. Mereka tidak menyediakan minuman di dalam botol. Semuanya menggunakan tempat minum yang bisa digunakan ulang.

Cristina Ihlemamn, Green Team Denmark lainnya, menjelaskan bahwa seluruh air keran di Denmark aman untuk dikonsumsi langsung. Bahkan yang berada di kamar mandi sekalipun. ‘’Dengan cara itu, kami bisa mengurangi emisi karbon sebesar 99 persen,” papar wanita berambut pirang ini.

Selain berbagai kebijakan mengurangi emisi di pelaksanaan konvensi itu, Denmark juga memperkenalkan bahwa mereka sebagai negara paling tinggi di dunia yang telah memanfaatkan listrik tenaga angin.***

0 komentar: