Jurnalistik Berkelanjutan

Jurnalistik Berkelanjutan
Objektifitas Berita Lingkungan: Jurnalistik Berkelanjutan adalah buku pertamaku. Buku ini mengupas tentang pengalamanku tentang dampak pemberitaan lingkungan yang tidak akurat. Berita yang demikian tidak saja mampu mengguncang kehidupan pribadi seseorang tetapi juga tidak membantu lingkungan. Jika Anda ingin membacanya, Anda bisa menemukan sejumlah cuplikannya di blog ini

Kamis, 21 Juni 2012

Satu Ton Sampah Bisa Dikelola di Sekolah

”Jika semua sekolah mempunyai Bank Sampah, Pekanbaru pasti bersih. Karena setiap rumah, anak-anaknya pasti murid sekolah. Sampah-sampah tersebut akan di bawah ke sekolah untuk ditabung. Sampah tidak tak lagi menjadi musuh tetapi menjadi sumber uang,” ujar Ayat Cahyadi, Wakil Wali Kota Pekanbaru, Kamis (7/6) pagi dalam acara penyambutan Piala Adiwiyata Mandiri SDN 18 dan 20 Pekanbaru.

Laporan Andi Noviriyanti, Pekanbaru
novi792000@gmail.com

Ada yang hilang di tanggal 5 Juni lalu di Istana Negara. Biasanya di Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selalu memberikan Piala Adipura kepada Wali Kota Pekanbaru.

Namun tahun ini, prediket kota terbersih di Indonesia itu tak lagi disandang Kota Pekanbaru setelah tujuh tahun berturut-turut meraihnya.

‘’Pak Presiden saja cukup kaget melihat Pekanbaru tidak lagi menerima Piala Adipura. Biasanya kami selalu bersama Pak Wali Kota Pekanbaru yang menerima Piala Adipura dan Piala Adiwiyata. Kini hanya tinggal kami kami bertiga yang menerima Adiwiyata Mandiri (SDN 18, SDN 20, dan SMA 8 Pekanbaru),’’ ungkap Kepala SDN 20 Pekanbaru Lapri prihatin di hadapan Wakil Walikota Pekanbaru Ayat Cahyadi yang hadir di sekolah mereka di Jalan Kulim, Senapelan. Itulah sebabnya, mereka (para penerima Adiwiyata Mandiri) bertekat sekembalinya ke Pekanbaru ingin lebih aktif melakukan pembinaan lingkungan.

Tidak saja kepada warga sekolah mereka, tetapi juga sekolah-sekolah binaan mereka di Pekanbaru. Mereka ingin lewat program-program lingkungan yang mereka lakukan bersama pemerintah dan masyarakat lainnya dapat mengembalikan Piala Adipura yang telah melayang tersebut.

Salah satu upaya yang mereka lakukan adalah dengan mengelola sampah. Misalnya di SDN 20 Pekanbaru yang dipimpinnya telah didirikan Bank Sampah.

Dari Bank Sampah yang mereka miliki mereka berhasil mengelola 500 Kg sampah per bulan. Jika dua sekolah saja yang melakukan pengelolaan sampah seperti mereka, berarti ada 1 ton sampah Pekanbaru yang berhasil di kelola.

Untuk itulah, ia berharap sekolah-sekolah di Pekanbaru secara bersama-sama bisa memiliki program bank sampah dan melakukan pengelolaan.

Tidak hanya SDN 20 Pekanbaru yang memiliki Bank Sampah tetapi juga diikuti oleh SND 18 Pekanbaru.

‘’Hari ini bersama Bapak Wakil Wali Kota Pekanbaru kami juga meresmikan Bank Sampah kami,’’ ujar Kepala SDN 18 Pekanbaru Kaharudin.

Atas prestasi Adiwiyata Mandiri dan juga adanya Bank Sampah di kedua sekolah itu, Ayat Cahyadi menyampaikan tahniah.

‘’Kegagalan kita meraih Piala Adipura tahun ini, hendaknya menjadikan energi bagi kita untuk bersama-sama merebut kembali Piala Adipura tersebut. Mari bersama-sama kita perjuangkan. Warga sekolah, pemerintah kecamatan dan kelurahan, dinas-dinas terkait serta masyarakat,’’ ujarnya.

Menurut, mantan Wakil Ketua DPRD Pekanbaru ini, jika semua sekolah memiliki Bank Sampah, maka Kota Pekanbaru akan bersih.

Pasalnya setiap rumah, anak-anaknya pasti murid sekolah. Jika semua sampah di rumah mereka tabung kemudian dikelolah, tentu Pekanbaru menjadi bersih dan Piala Adipura bisa kembali diraih. Semoga.***

0 komentar: