Jurnalistik Berkelanjutan

Jurnalistik Berkelanjutan
Objektifitas Berita Lingkungan: Jurnalistik Berkelanjutan adalah buku pertamaku. Buku ini mengupas tentang pengalamanku tentang dampak pemberitaan lingkungan yang tidak akurat. Berita yang demikian tidak saja mampu mengguncang kehidupan pribadi seseorang tetapi juga tidak membantu lingkungan. Jika Anda ingin membacanya, Anda bisa menemukan sejumlah cuplikannya di blog ini

Kamis, 21 Juni 2012

Melihat Kiprah Bank Sampah Dalang Collection (Baru Setengah Tahun, Sudah Punya 1.000 Nasabah)

Menjelang penerimaan rapor sekolah atau dua pekan sebelum bulan Ramadan, akan menjadi momen istimewa bagi nasabah Bank Sampah Dalang Collection. Pasalnya, saat itulah mereka bisa mencairkan dana tabungan hasil dari sampah yang mereka tabungkan.

Laporan Andi Noviriyanti, Pekanbaru

novi792000@gmail.com



Senin (18/6) lalu menjadi hari istimewa bagi SDN 20 dan juga SDN 95 Pekanbaru. Kedua sekolah itu menjadi nasabah perdana yang telah mencairkan hasil tabungan mereka di Bank Sampah.

Tentu bukan sampah yang mereka ambil, tetapi sama seperti bank umum lainnya yakni uang. Meski baru tiga bulan, tabungan yang mereka ambil sudah mencapai Rp822 ribu untuk SDN 20 Pekanbaru dan Rp175 ribu untuk SDN 95 Pekanbaru.

‘’Jumlah itu belum termasuk semua tabungan nasabah Bank Sampah di sekolah itu. Bahkan, untuk SDN 95 Pekanbaru, itu hanya tabungan siswa kelas IV saja. Soalnya merekakan sudah mau tamat. Namun adik-adik tingkat mereka belum mengambil,’’ ujar Suratin (44), Direktur Bank Sampah Dalang Collection, Selasa (19/6) siang.

Para nasabah Bank Sampah Dalang Collection saat ini, menurut Suratin, memang bisa mencairkan tabungannya. Itu karena memang sudah komitmen dari Bank Sampah, pencairan tabungan dapat dilakukan menjelang terima lapor atau dua minggu sebelum hari raya.

‘’Saat ini baru dua sekolah yang mencairkan tabungannya,’’ imbuh Soffia Seffen, pendiri dan pembina Dallang Collection sekaligus istri Suratin di kediamannya sekaligus tempat bank sampah berdiri.

Suratin dan Soffia bercerita bahwa aktivitas Bank Sampah yang berdiri sejak Januari 2011 itu dimulai sejak pagi hingga sore hari. Khusus di pagi hari, Bank Sampah melayani nasabah yang berada di sekolah. Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati dengan sekolah, Suratin dan anggotanya mendatangi sekolah-sekolah yang menjadi Bank Sampah.

Bagian administrasi mereka, Fitriani akan melakukan penimbangan dan pencatatan di buku tabungan. Selanjutnya sampah-sampah tadi diangkut dengan mobil pick up hitam bertuliskan Bank Sampah Dalang Collection ke kantor Bank Sampah di Jalan Gajah Ujung.

Suratin, Soffia, maupun Fitriani atau yang biasa disapa Cici mengaku cukup senang dengan aktivitas Bank Sampah. Menurut mereka banyak pengalaman unik yang mereka lihat dari aktivitas bank sampah.

Misalnya ada siswa yang menabung koran, tetapi di dalamnya ternyata diisi batu agar jumlah timbangan sampahnya bertambah. Ada juga pihak sekolah yang sampahnya dicuri hingga gagal menabung.

Lain lagi pengalaman Cici. Tamatan SMEA jurusan akutansi itu dibuat tersenyum-senyum saat bercerita bagaimana para murid bahkan sampai guru saling berebut menabung di Bank Sampah. ‘’Bahkan, ada yang sampai bertengkar,’’ ujarnya.

Selain berkeliling sekolah, pada siang hari hingga sore aktivitas Bank Sampah dilanjutkan di Bank Sampah. Di tempat itu, mereka menerima nasabah dari warga sekitar. Sekaligus juga menjadi tempat pengelolaan sampah terutama dari plastik yang dibuat menjadi kerajinan.

Meski merasa cukup senang dengan aktivitas Bank Sampah, namun Soffia mengaku bagian administrasinya cukup kewalahan dalam melayani nasabah mereka yang sudah mencapai 1.000.

Mengingat mereka melayani nasabah hanya dengan pencatatan manual di buku tabungan dan buku besar. Jadi sering kesulitan untuk bisa meng-update data tabungan nasabah dengan cepat.

Menurut Soffia, meski nasabah cukup banyak, biaya operasional mereka belum memadai.

‘’Biaya operasional kita dianggarkan dari 25 persen hasil penjualan sampah. Sementara 70 persen untuk nasabah dan sisanya lima persen untuk bantuan infak ke masjid sebagai bentuk CSR-nya Bank Sampah. Operasinal selama ini masih numbok. Kami subsidi silang dari kegiatan kerajinan Dallang Collection berupa produk maupun kegiatan mengajar,’’ ujar pegawai di Pusat Regional Kementerian Negara Lingkungan Hidup Sumatera ini.

Oleh karena itu ia berharap ada pihak yang mau meminjamkan mereka komputer yang tidak dipakai untuk bisa digunakan di bank sampah.***

0 komentar: