Jurnalistik Berkelanjutan

Jurnalistik Berkelanjutan
Objektifitas Berita Lingkungan: Jurnalistik Berkelanjutan adalah buku pertamaku. Buku ini mengupas tentang pengalamanku tentang dampak pemberitaan lingkungan yang tidak akurat. Berita yang demikian tidak saja mampu mengguncang kehidupan pribadi seseorang tetapi juga tidak membantu lingkungan. Jika Anda ingin membacanya, Anda bisa menemukan sejumlah cuplikannya di blog ini

Rabu, 26 Agustus 2009

92 Persen Pernah Buang Sampah Sembarangan


DUH, ternyata hampir nggak ada orang yang nggak pernah buang sampah sembarangan. Setidaknya itulah hasil observasi GSJ di lapangan dengan melibatkan 100 orang responden. 92 persen responden yang ditanyai mengaku pernah buang sampah sembarangan.



Saat GSJ ke lapangan, GSJ juga mendapatkan seseorang yang tengah membuang sampah sembarangan. Ketika ditanya, orang itu menjawab, “Kan lebih mudah buang sampahnya. Sambil ngebut ngendarain sepeda motor, sampahnya langsung dibuang dech di tepi jalan. Kan enggak ada yang li¬hat…’’, kata warga Widya Graha itu sambil nyengir lebar.

Mereka yang kurang peduli pada lingkungan tersebut, biasanya membuang sampah di tepi-tepi parit, di aliran sungai, tanah lapang, dan juga di tepi jalan. Mereka kerap beralasan tidak ada tempat pembuangan sampah yang lain. Seperti yang dikemukakan Dewi Lestari, warga jalan Rukun Pancoran Mas perumahan Prundam.

‘’Ya… karna tidak adalagi pembuangan sampah di sini. Lagian orang-orang sini juga banyak buang sampah di tempat ini. Ya udah saya ikutan…’’, tuturnya saat ditemui membuang sampah ditepi jalan.

Tentang pendapat para siswa tentang ulah buang sembarangan ini, GSJ mewawancarai siswi SMK Muhammadiyah Pekanbaru bernama Elvi Yuli Ningsi. Doski yang mengaku sangat peduli kebersihan lingkungan ini bilang pembuangan sampah sembarangan itu adalah salah satu tindakan kriminal. Di mana akhirnya dapat menyebabkan penyakit pada warga sekitar.

‘’Di negara tetangga ajha, membuang sampah sembarangan dijadikan tindakan kriminal lho, yang buang sampah sembarangan ditangkap dan dikenai denda yang cukup besar. Lagian sampah itu adalah sarang penyakit yang dapat merugikan masyarakat sekitar yang berakhir di rumah sakit,’’ ucap doski sambil menggelengkan kepalanya.
Doski juga bilang tempat pembuangan sampah yang banyak dipilih oleh orang yang enggak peduli lingkungan adalah di tepi jalan.

Tentang dampak sampah yang menumpuk, dr Hartatik menyebutkan hal itu dapat menyebabkan penyakit. ’’Kotoran yang terdapat dipenumpukan sampah dapat menimbulkan penyakit seperti cacingan, tipus, disentri, diare dan penyakit kulit lainnya, yang mampu membuat seseorang dirawat di rumah sakit cukup lama…’’, ujarnya saat diwawancarai di rumahnya. (A.Rachman_GSJ).

0 komentar: