Jurnalistik Berkelanjutan

Jurnalistik Berkelanjutan
Objektifitas Berita Lingkungan: Jurnalistik Berkelanjutan adalah buku pertamaku. Buku ini mengupas tentang pengalamanku tentang dampak pemberitaan lingkungan yang tidak akurat. Berita yang demikian tidak saja mampu mengguncang kehidupan pribadi seseorang tetapi juga tidak membantu lingkungan. Jika Anda ingin membacanya, Anda bisa menemukan sejumlah cuplikannya di blog ini

Senin, 07 Februari 2011

Menyibak Danau Cantik di Tahura SSH


Cerita tentang Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (Tahura SSH), ternyata bukan saja tentang keindahan tingginya puluhan anak tangga yang dibangun memanjat bukit atau pemandangan hutan sekundernya lengkap dengan jogging track-nya. Tetapi ada juga danau cantik di dalamnya yang kerap tak terungkap.

Laporan MASHURI KURNIAWAN, Minas mashurikurniawan@riaupos.com

Secuil informasi tentang danau cantik yang tersembunyi di Tahura SSH yang direncanakan sebagai objek pengembangan wisata alam, mengantarkan Tim Riau Pos For Us untuk menelusuri keberadaan danau tersebut. Tepatnya pada hari pertama di Bulan Februari.




Siang itu, saat tim berkunjung cuaca sedang bersahabat. Hari tidak hujan, padahal sebelumnya hujan selalu turun. Sehingga medan jalan tanah menuju danau itu, tak begitu berat. Walaupun sisa hujan sebelumnya membuat tim harus melangkah hati-hati di tengah-tengah jalan yang becek.

“Yang aku tahu, ini jalan menuju danau,” ungkap salah satu anggota tim, di sebuah persimpangan yang bertuliskan “hati-hati binatang buas, tempat lintasan hewan” dengan gambar Harimau Sumatera di bawahnya. Plang itu lokasinya sekitar 500 meter dari gerbang utama Tahura SSH yang terletak di jalan lintas Pekanbaru – Minas.
Bergidik juga saat melewati jalan itu. Untung saja, akses jalan yang cukup lebar dan terang. Terlihat jelas bahwa jalan itu baru dibuka atau diperlebar. Itu terlihat dari tanah yang baru saja digeledor dan pohon hutan yang terpotong ditepian. Dengan kondisi itu, tim jadi berani untuk melangkah menemukan danau tersebut.

Di kiri kanan sepanjang perjalanan menuju danau, terlihat jelas plang bertuliskan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Itu menandakan jalan yang tim lalui bukan hutan primer. Ia merupakan hutan sekunder. Meski demikian kondisi pepohonan di tempat itu sudah lebat. Tumbuh sangat rapat dan terlihat gelap di bawah tajuk-tajuk pohon. Monyet-monyet hitam juga terlihat melompat dan bergelantungan di dahan dan ranting-ranting pohon. Selain itu terlihat juga beberapa burung melintas terbang di antaranya.

Setelah melangkah sekitar 1,5 kilometer dengan jalan yang menanjak dan menurun, akhirnya tim menemukan danau itu. Danau itu membentang cantik di sebuah lembah yang dibatasi dua sisi bukit. Sayangnya, bukit yang berada di seberang tempat tim berdiri adalah hamparan kebun sawit. Sehingga keindahan danau itu hanya terlihat ketika mata ditujukan ke bagian hilir tepian bukit yang berasal dari arah tim datang.

Mulanya tim berpikir, danau itu tersembunyi di balik Tahura dan tak terakses sebagai tempat wisata. Namun setelah melihat kebun sawit di seberangnya dan terlihat dua perahu, serta sejumlah anak-anak bergelak tawa dan bermain di bagian hulu danau, tim pun menduga ada jalan lain menuju danau tersebut selain lewat medan berat dari tahura.

Ternyata benar, setelah tim berjalan memutar mencari cara untuk mendekati anak-anak yang terlihat bersenda-gurau tadi, tim menemukan akses jalan lebih dekat ke jalan raya dibandingkan lewat tahura. Tepatnya tak jauh dari bagian belakang halaman Hotel Rindu Sepadan.

Apep, salah seorang petugas tahura yang keesokannya Riau Pos wawancarai, menyebutkan cerita tentang danau itu memang tak banyak terpublikasi. Pasalnya, menurut petugas yang tergolong paling lama bekerja di tahura tersebut, danau itu sebenarnya hanyalah sungai yang dibendung. “Danau itu terbentuk akibat perusahaan ikan arwana membendung Sungai Takuana. Jadi memang tidak ada namanya,” ujar Apep menjawab pertanyaan Riau Pos apa nama danau tersebut.

Danau tersebut menyimpan cukup banyak ikan. Setidaknya itu terlihat dari hasil tangkapan ikan dan cerita anak-anak yang bergelak tawa tadi. Ternyata sambil bermain dan mandi mereka juga menjala ikan.

“Cukup banyak ikannya di sini Bang,” ujar salah seorang dari mereka. Mereka juga menyebutkan beberapa jenis ikan yang biasa mereka temui di tempat itu. Yakni baung (Macrones planiceps), gabus (Chana pleurothalmus), mujair (Tilapia pleurothalmus), sepat (Trichogaster trichopterus), puyu (Anabas testudeneus), dan jenis ikan air tawar lainnya.

***
Cerita danau itu memang tak banyak terungkap. Mengingat Tahura SSH terbilang luas, yakni 6.172 hektare dan meliputi tiga wilayah kabupaten/kota, yakni Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak dan Kampar.

Tahura SSH memiliki keane-karagaman hayati yang cukup tinggi. Terdapat 127 flora dan 42 fauna. Beberapa di antaranya merupakan fauna dan flora langka. Misalnya beruang madu, harimau Sumatera, tapir, burung srigunting, burung gagak, babi hutan, dan jenis hewan lainnya.

Dengan berbagai potensi dan kekayaan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kawasan tersebut ke depan diproyeksikan menjadi magnet wisata baru di Riau.
Itu sebabnya, menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tahura Dinas Kehutanan Provinsi Riau, Ir Fredrick Sully MM, Rabu (2/2) banyak perbaikan yang dilakukan di tahura. Misalnya tentang akses jalan menuju danau. Jalan itu, katanya, memang baru saja diperlebar dan bantuan dari pihak ketiga yang perduli dengan alam. Keindahan danau, tambahnya, yang pemikat pihak ketiga tersebut.
‘’Jalan menuju danau memang sedikit rumit karena hanya tanah kuning. Danau ini merupakan anu-gerah bagi kita semua,’’ ujarnya kepada Riau Pos saat dihubungi melalui selulernya.

Dia menyebutkan danau tersebut akan dikembangkan sebagai wisata tirta. Master plan mengenai rencana pengembagan wisata itu sudah dilakukan Dinas Kehutanan (Dis-hut) Riau.

Selain itu, juga akan dikembangkan berbagai sarana prasarana penunjang rekreasi. Misalnya sepeda air dan bebek air untuk atau uji nyali dan ketangkasan lewat sarana adventure seperti flying fox, elfis bridge, spider climbing, speed boat, memancing, berenang atau bahkan melihat aneka satwa asli Riau.

‘’Kami ingin membuat pengunjung merasa tenang di tengah kawasan hutan yang eksotis. Layaknya magnet baru tujuan wisata bagi warga di Kota Pekanbaru maupun masyarakat di Riau,’’ terang Fredrick Sulli

Selain itu, menurut Fredrick saat ini Tahura telah memiliki berbagai fasilitas. Misalnya guest house dengan tujuh kamar, pusat informasi, pendopo, gazebo, musala, areal tempat bermain, lapangan luas dan bumi perkemahan. Selain itu ada fasilitas jalan menuju bumi perkemahan Pramuka, Pusat Latihan Gajah (PLG), dan Danau Tahura.
Hutan Tahura SSH, tambahnya, merupakan track pendidikan atau wisata pendidikan paling pas yang dikembangkan. Menurutnya saat ini sedang trend kegiatan ekstraku-rikuler lingkungan di sekolah-sekolah yang melakukan kunjungan-kunjungan ke hutan. Sebagai wisata pendidikan, pengembangan Tahura sebagai sarana pendidikan. Sekaligus juga dalam mendorong peran serta program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan untuk membantu mengembangkan Tahura.

Dari penuturan Fredrick, pengawasan keliling oleh anggota pengamanan hutan secara intens dilakukan. Untuk mencegah terjadinya pembalakan liar dan pemburu liar. Sosialisasi kepada masyarakat yang hidup berdekatan dengan hutan Tahura SSH, sambungnya juga dilakukan.

‘’Sosialisasi kepada masyarakat mengenai pemeliharaan lingkungan hutan juga dilakukan untuk menjaga kawasan hutan tetap asri dan indah. Keseimbangan alam disekitar memang harus dilakukan secara bersama,’’ ujarnya.
***

Selain memiliki pesona keindahan, Tahura SSH juga diyakini masih menjadi habitat bagi Harimau Su-matera (Panthera tigris suma-trae). Sub-spesies harimau satu-satunya yang masih dimiliki Indonesia setelah dua saudaranya Harimau Bali (Panthera tigris balica) dan Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dinyatakan punah.

Hal itu menurut Apep, dibuktikan dari jejak kaki harimau. Jejak harimau tersebut, katanya, dalam bentuk jejak tapak kaki harimau. Diperkirakan ada dua harimau yang masih ada di dalam hutan tersebut.

Hanya saja, kata Apep, dua he-wan ini tidak mengganggu manusia. Dikarenakan, di dalam kawasan hutan masih ada makanannya. Mereka (dua harimau, red), sambungnya, mencari mangsa babi hutan. ‘’Babi hutan masih banyak populasinya di dalam kawasan Hutan Tahura SSH. Harimau ini sudah memiliki makanan jadi tidak mengganggu manusia. Dua ekor saya perkirakan masih ada didalam hutan Tahura,’’ sebutnya kepada Riau Pos melalui selulernya seraya mengatakan hanya saja berapa ukuran panjang dan bobot harimau tidak diketahui.

Semoga semua keindahan dan potensi Tahura SSH ini tetap ter-jaga.(ndi)

0 komentar: