This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jurnalistik Berkelanjutan

Jurnalistik Berkelanjutan
Objektifitas Berita Lingkungan: Jurnalistik Berkelanjutan adalah buku pertamaku. Buku ini mengupas tentang pengalamanku tentang dampak pemberitaan lingkungan yang tidak akurat. Berita yang demikian tidak saja mampu mengguncang kehidupan pribadi seseorang tetapi juga tidak membantu lingkungan. Jika Anda ingin membacanya, Anda bisa menemukan sejumlah cuplikannya di blog ini

Senin, 24 Mei 2010

Lebih dari 1,3 Juta Hektare, Kawasan Riau Dikonservasi

Citra buruknya lingkungan hidup di Riau kerap digaungkan. Disebut-sebut sebagai negeri asap, pembalakan liar, banjir, dan tempat bencana ekologis lainnya. Namun, dibalik semua itu, ternyata pegiat-pegiat konservasi baik yang ada di pemerintahan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), maupun perusahaan juga tak tinggal diam melakukan upaya penyelamatan. Bahkan untuk menyelamatkan hutan alam Riau yang masih tersisa mereka bahu membahu memperluas kawasan konservasi.

n Laporan Andi Noviriyanti, Pekanbaru
andinoviriyanti@riaupos.com



Rasanya tak adil bila Riau terus dituding sebagai negeri yang tak peduli terhadap lingkungan hidup. Lebih dari 1,3 juta hektare (Ha) lahan di Riau justru telah dijadikan kawasan konservasi. Jumlah yang bisa dibilang cukup luas bila dibandingkan dengan luas Riau yang hanya 8.9 juta hektare.

“Apa disangkakan kepada Riau seolah-olah kita tidak peduli dengan lingkungan, hanya merusak hutan, sangat tidak berdasar dan sangat tidak benar. Kita sangat komit menjaga lingkungan dan melestarikan hutan. Kita siap menjadikan Riau sebagai provinsi yang hijau,” ujar Gubernur Riau HM Rusli Zainal dalam beberapa kali pidatonya, baik saat menerima Letter of Appreciation dari United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di penghujung tahun lalu, maupun minggu kedua Mei lalu saat menghadiri Grand Final Pemilihan Duta Lingkungan Riau 2010.

Setidaknya, menurut gubernur dua periode ini, dalam satu dekade ini saja, Provinsi Riau telah memperluas kawasan konservasinya. Mulai dengan ditetapkannya Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) seluas 38,576 Ha tahun 2004 yang kini telah diperluas menjadi 83.000 Ha hingga ditetapkan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil- Bukit Batu (GSK-BB) oleh Man and Biosphere (MAB) UNESCO, 26 Mei lalu.

Untuk upaya itu, Gubernur Riau dalam hal ini Rusli Zainal juga telah mendapatkan dua penghargaan internasional. Pertama, diberikan oleh WWF atas dukungannya sebagai kepala daerah dalam mewujudkan Taman Nasional Tesso Nillo (TNTN) yang diinisiasi oleh WWF. Kedua, diberikan oleh UNESCO di Jakarta atas upaya dan dukungannya sebagai kepala daerah dalam mendukung ditetapkannya Cagar Biosfer GSK-BB yang diinisiasi oleh Sinar Mas Forestry (SMF).

Rusli menjelaskan, 1,3 juta kawasan hutan konservasi di Riau itu terdiri dari Taman Nasional Tesso Nilo (83 ribu Ha), Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (105.442 Ha), Taman Nasional Zamrud (29.215 Ha), Senepis (96.111 ha), Kerumutan (92.287 Ha), Rimbang Baling (146.504 Ha) dan terakhir Cagar Biosfer GSK-BB (705.270 Ha).
Menurut Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Riau Fadrizal Labay, jika kawasan konservasi yang 1,3 juta Ha itu dijaga dengan baik, itu bisa dibilang sudah cukup untuk menjaga keseimbangan ekosistem di Riau. “Jika itu saja dijaga dengan baik, itu sudah bisa dikatakan cukup,” ujarnya awal pekan lalu.

Upaya untuk menyelamatkan hutan alam yang tersisa tersebut, menurut Direktur Eksekutif Lingkungan Sinar Mas Forestry CP Munoz, awal Pekan lalu, memang sudah menjadi kewajiban semua pihak. Termasuk mereka, para pegiat lingkungan yang kebetulan berada di perusahaan.

“Hanya dengan kolaborasi para pihaklah, baik pihak pemerintah, swasta, LSM, maupun masyarakat lainnya, kita dapat menyelamatkan hutan Riau yang masih tersisa. Untuk itulah perlu kerja sama dari semua pihak. Tidak bisa dibebankan pada pihak tertentu saja,” ujarnya.

Semoga para pegiat lingkungan hidup di manapun mereka bernaung, baik di pemerintahan, swasta, LSM, akademisi, dan lain sebagainya tetap punya semangat dan aksi nyata untuk menyelamatkan hutan Riau yang masih tersisa.***